Senin, 27 Agustus 2012

ENAKNYA DIPERKOSA TEMAN SENDIRI

Novy adalah seorang mahasiswi berusia 22 tahun di sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Dia mempunyai tubuh yang sangat sempurna dan terawat. Tingginya 165 cm, dengan berat 55 kg. Rambutnya hitam sebahu dan dia mempunyai payudara yang sangat indah, bulat dan kencang berukuran 34B. Kulitnya putih dan wajahnya pun sangat cantik. Novy termasuk mahasiswi yang berprestasi di kampusnya.  




Tidak heran banyak sekali teman prianya yang tertarik kepadanya, namun sampai saat ini Novy masih belum punya pacar.


Pada suatu hari Novy terpaksa harus pulang sendiri agak malam dari kampusnya, karena ia harusmenyelesaikan tugasnya di laboratorium. Ketika

dia sedang menunggu lift dari lantai 8, tiba-tiba Anto temannya datang.
“Hai, Novy.. mau pulang nih..?”
“Iya..”
“Bareng yuk turunnya..!” ajak Anto.
“Boleh..” tanpa rasa curiga Novy mengiyakan.

Nampaknya malam itu benar-benar sepi di kampusnya, hanya tinggal beberapa orang saja terlihat di tempat parkir di bawah. Ketika pintu lift

terbuka, mereka berdua pun masuk. Saat berada di dalam lift, tiba-tiba sebuah benda keras menghantam tengkuk Novy dari belakang, membuatnya langsung tidak sadarkan diri.

“Dukk..,” Novy terbangun ketika kepalanya terantuk meja.
Dengan mata masih berkunang-kunang, dia melihat bahwa dia sedang berada di ruang kuliah di lantai 4 kampusnya. Tidak ada orang di situ. Dan ketika dia melihat jam di dinding, ternyata sudah pukul 10 malam. 

Ketika Novy mencoba bergerak, dia baru menyadari bahwa tangan dan kakinya terikat. Dia mencoba melepaskan diri namun tidak berhasil. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan muncullah tiga orang dari pintu itu.

Dua pria dan satu wanita. Mereka semua temannya, Anto, Angga dan Shanty.
“Shanty.. tolong gue Shan.., lepasin gue.. apa-apaan sih ini..? Kalian kalo bercanda jangan keterlaluan dong..!” dengan sedikit kesal Novy bicara dengan Shanty.

“Elo mau apa sih Nov..? Ini bukan bercanda tau..!” teriak Shanty.
“Apa maksud elo..?” Novy mulai panik.
“Kita mau buat perhitungan sama elo, Nov..! Selama ini elo selalu jadi pusat perhatian, tapi elo terlalu sombong untuk memperhatikan temen elo sendiri. Elo tau nggak kalo temen-temen tuh banyak yang nggak suka sama elo..! 

Sekarang saatnya elo untuk ngasih sesuatu sama mereka..!” Shanty mendekati dan kemudian menampar pipi kiri Novy.
“Elo mau apa sih..!” jerit Novy.
“Gue mau liat elo menderita malam ini, Nov. Karena selama ini elo selalu mendapat segala yang elo inginkan..” kata Shanty.
Selesai Shanty berbicara, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka kembali dan masuklah 15 orang lagi, 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

Mereka semua temannya. Tetapi kelihatannya mereka semua senang melihat Novy terikat tidak berdaya seperti itu.
Tiba-tiba Shanty berteriak, “Teman-teman, inilah saatnya yang kita tunggu-tunggu. Malam ini kita boleh ngerjain si Novy sepuas kita.”

Semua berteriak kegirangan mendengar perkataan Shanty, kecuali Novy. Bulu kuduk Novy merinding mendengar itu, dia tidak dapat membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadap dirinya, ketika Anto mendekati dirinya dan melepaskan ikatannya. Walaupun ikatannya sudah dilepas,

namun Novy tidak dapat berdiri, karena kakinya lemas semua. Dia hanya dapat berlutut.
Shanty mendekati dirinya dan kemudian berteriak di telinga Novy, “Sekarang elo harus buka baju elo satu persatu sampai telanjang di depan kita semua..! Awas kalo berani melawan..! Gue tusuk perut elo..!” ancam Shanty sambil memegang gunting di tangannya.

Tidak percaya rasanya Novy mendengar itu, namun dia tidak berani menolak perintah Shanty, apalagi diancam dengan gunting tajam seperti itu.

Akhirnya dengan tubuh gemetar, Novy mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskannya ke lantai. Selanjutnya dia mulai membuka kancing celana jeansnya dan menariknya ke bawah hingga sekarang Novy hanya mengenakan BH dan celana dalam yang berwarna hitam. 

 Rupanya hari itu Novy memakai BH dan celana dalam yang sangat seksi. Novy memakai BH tanpa tali yang bagian depannya hanya menutupi setengah dari payudaranya. Dan celana dalam yang dipakai Novy lebih mirip dengan sebuah tali yang hanya menutupi belahan vaginanya, sedangkan pantatnya sama sekali tidak tertutup. Semua laki-laki yang berada di ruangan itu benar-benar terpesona melihat pemandangan indah di depan mereka itu.

Novy gadis tercantik di kampus itu hampir telanjang bulat, sehingga penis mereka langsung menegang semua.
Melihat itu Shanty merasa senang dan kembali memerintahkan Novy untuk membuka BH dan celanadalamnya. Dengan tangan gemetar, Novy meraih kait BH di belakang punggungnya dan melepaskannya, sehingga BH Novy dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Ketika BH-ya sudah terlepas,

payudara Novy yang bulat langsung mengacung tegak, mengundang decak kagum semua pria di ruangan itu. Puting payudara Novy berwarna coklat dengan lingkaran di sekitar putingnya berwarna coklat muda. Dan saat celana dalamnya juga sudah dilepas, terlihatlah bulu-bulu kemaluan tipis yang tumbuh rapih di sekitar vagina Novy. Novy memang selalu mencukur bulu-bulu kemaluannya dan merawat vaginanya sendiri. 

Baru pertama kali ini Novy telanjang bulat di depan orang lain dan saat ini dia berdiri dengan tubuh yang gemetar.
Shanty mendekatinya sambil mengacungkan gunting ke arahnya, dan mendorong Novy hingga jatuh terduduk.
“Sekarang elo harus buat seneng kita semua. Elo sekarang harus masturbasi disini. Cepat, kalo nolak gue potong nanti pentil susu elo..!

Sekalian olesin nih badan elo pake minyak ini..!” kata Shanty sambil memberikan baby oil kepada Novy untuk dioleskan ke seluruh tubuhnya.
Dengan ketakutan Novy menerima botol tersebut dan menuangkannya ke atas payudara, perut dan juga ke atas vaginanya. 

Kemudian Novy mulai meraba-raba tubuhnya sendiri dan meratakan baby oil tersebut ke seluruh tubuhnya sambil tidur telentang di lantai. Sambil menangis karena takut dan malu, tangan kirinya memijat-mijat payudaranya sendiri dan memilin-milin puting susunya, sedangkan tangan kanannya meraba-raba vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut tipis. 

Lama kelamaan Novy mulai terangsang dan mengeluarkan suara erangan halus yang tidak dapat diatahan. Sementara itu, semua laki-laki di ruangan itu membuka bajunya hingga bugil dan mulai mengocok penis mereka sendiri sampai tegang. Sedangkan yang perempuan, kecuali Shanty meninggalkan ruangan itu. Shanty malah membawa kamera video untuk merekam kejadian itu dan dia mengancam Novy kalau dia berani melapor,

Shanty akan menyebarkan rekaman itu ke seluruh kampus, dan bahkan ke luar kampusnya.
Tubuh Novy kini mengkilat karena minyak yang dioleskan ke tubuhnya tadi, membuat Novy kelihatan sangat seksi, dan ini menjadi pemandangan yang sangat menggairahkan untuk semua laki-laki di ruangan itu. S

aat Novy semakin terangsang, Angga mendekatinya. Dengan dibantu empat orang lainnya yang memegang dan menarik kedua tangan dan kaki Novy sehingga tubuh Novy menyerupai huruf X, Angga berlutut di selangkangan Novy, dan mulai mengelus-elus vagina Novy dengan tangannya. Sesekali jari tangan Angga mencoba menusuk masuk ke dalam vagina Novy, membuat Novy merinding karena rasa geli yang timbul.

Kemudian Angga mulai menjilati vagina Novy dengan lidahnya. Aroma khas dari vagina Novy membuat Angga semakin bernafsu menjilati vagina Novy. Sementara itu kedua orang pria yang memegangi tangan Novy juga ikut menikmati sebagian tubuh Novy. Laki-laki yang memegang tangan kanan Novy menjilati dan mengisap puting susu Novy yang sebelah kanan, sementara laki-laki yang memegang tangan Novy yang sebelah kiri

melakukan hal yang sama dengan payudara Novy yang satunya. Sambil meremas payudara Novy dengan keras, sesekali mereka juga menggigit dan menarik puting susu Novy dengan giginya, sehingga Novy merasa kesakitan. Kedua orang itu juga bergantian menciumi bibir Novy dengan kasar dan memainkan lidahnya di dalam mulut Novy.

Setelah puas menjilati vagina Novy, Angga kembali berlutut di selangkangan Novy dan mulaimenggosok-gosokkan penisnya di bibir vagina Novy. Sadar bahwa dirinya akan segera kehilangan keperawanannya, Novy berusaha melepaskan diri sekuat tenaga, namun dia tidak dapat melawan tenaga keempat orang yang memeganginya. Melihat Novy yang meronta-ronta, Angga semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Novy yang masih perawan. 

Walaupun vagina Novy sudah basah oleh air liur Angga dan cairan vagina Novy yang keluar, namun Angga masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Novy yang perawan masih sangat sempit. Novy hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini direnggut dengan paksa seperti itu oleh temannya sendiri.

Sementara itu Angga terus memompa vagina Novy dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Novy yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Novy. Novy hanya dapat diam telentang tidak berdaya di lantai, walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. 

Darah perawan Novy dan sebagian sperma Angga mengalir keluar dari vaginanya.
Setelah itu Anto maju untuk mengambil giliran. Kali ini Anto mengangkat kedua kaki Novy ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Novy. Anto tidak mengalami kesulitan lagi saat memasukkan penisnya,

karena vagina Novy kini sudah licin oleh sperma Angga dan juga cairan vagina Novy, walaupun vagina Novy masih sangat sempit. Kembali vagina Novy diperkosa secara brutal oleh Anto, dan Novy lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan. Namun kali ini Novy tidak berontak lagi, 

karena dia pikir itu hanya akan membuat teman-temannya semakin bernafsu saja.
Tiba-tiba Anto mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Novy. Anto mendempetkan kedua buah payudara Novy dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Novy, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Novy. Novy gelagapan karena sperma Anto mengenai bibir dan juga matanya. 

Setelah itu Anto masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Novy. Kemudian Anto menampar payudara Novy yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Novy berwarna kemerahan dan membuat Novy merasa kesakitan.

Selanjutnya dua orang, Leo dan Reza maju. Mereka kini menyuruh Novy untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Leo berlutut di belakang pantat Novy dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Novy yang sangat sempit. Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Novy mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Reza yang segera mendorong wajah Novy ke arah penisnya. 

Kini Novy dipaksa mengulum dan menjilat penis Reza. Penis Reza yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Novy.

Sementara itu, Leo masih berusaha membesarkan lubang anus Novy dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Novy. Sesekali Leo menampar pantat Novy dengan keras, sehingga Novy merasakan pantatnya panas. Kemudian Leo juga berusaha melicinkan lubang anus Novy dengan cara menjilatinya. Novy merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Leo menjilati lubang anusnya. 

Tidak lama kemudian Novy kembali menjerit kesakitan. Rupanya pertahanan anusnya sudah jebol oleh penis Leo yang berhasil masuk dengan paksa.

Kini Leo memperkosa anus Novy perlahan-lahan, karena lubang anus Novy masih sangat sempit dan kering. Leo merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Novy. Saat Novy berteriak, kembali Reza mendorong penisnya ke dalam mulut Novy,

sehingga kini Novy hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Reza. Tubuh Novy terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.

Kedua payudara Novy yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Leo dan Reza mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Leo menyemburkan spermanya di dalam anus Novy, dan Reza menyemburkan spermanya di dalam mulut Novy. Novy terpaksa menelan semua sperma Reza agar dia dapat tetap bernafas. 

Novy hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Reza masih berada di dalam mulutnya. Novy membiarkan saja penis Reza berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Reza menarik keluar penisnya dari mulut Novy.

Kemudian Reza memaksa Novy untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Leo juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Novy dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Novy, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. 

Novy dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya.
Setelah Leo mencabut penisnya dari anus Novy, temannya yang lain, Irvan, mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Novy mendekat dan menyuruh Novy untuk mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Irvan kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Novy, dan kemudian memaksa

Novy untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Irvan langsung masuk ke dalam vagina Novy. Setelah itu, Novy dipaksa bergerak naik turun, sementara Irvan meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Novy. Sesekali Irvan menyuruh Novy untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Irvan dapat merasakan vagina Novy berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Novy yang sudah basah. 

Irvan tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Novy diperkosa oleh teman-temannya yang lain, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Novy. Novy kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.

Selanjutnya, Iwan yang mengambil giliran untuk memperkosa Novy. Dia menarik Novy dari pangkuan Irvan, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Novy disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Iwan. Kemudian secara kasar Iwan menarik pantat Novy turun,

sehingga vagina Novy langsung terhunjam oleh penis Iwan yang sudah berdiri keras. Penis Iwan, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya yang memasuki vagina Novy, masuk semuanya ke dalamvagina Novy, membuat Novy kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Novy merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Iwan. 

Iwan memaksa Novy untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Iwan dapat bergerak keluar masuk vagina Novy dengan leluasa.
Kemudian Iwan menjepit kedua puting susu Novy dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Novy berhimpit dengan dada Iwan. Iwan benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Novy yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. 

Melihat posisi seperti itu, Shanty melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung Novy beberapa kali. Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Novy tetap merasakan perih di punggungnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Novy terhenti, Iwan marah.

Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Novy dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Novy menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks.

Ketika Iwan hampir mencapai klimaks, dia memeluk Novy dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Novy tidur di bawah dan Iwan di atasnya. Sambil mencium bibir Novy dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Novy, Iwan terus menggenjot vagina Novy. Tidak lama kemudian gerakan Iwan terhenti. Iwan mencabut penisnya keluar dari vagina Novy dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Novy.

Kemudian dia menarik tangan kanan Novy dan memaksa Novyuntuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.
Setelah itu, seorang temannya yang lain, Eka, kembali maju mengambil giliran memperkosa vagina Novy. 

Hampir sepuluh menit Eka memompa vagina Novy dengan kasar, membuat vagina Novy semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Eka mencabut penisnya dari vagina Novy dan memaksa Novy untuk menadahkan kedua telapak tangannya untuk menampung spermanya. Setelahitu, Eka memaksa Novy untuk mengusap sperma yang ada di telapak tangannya ke wajahnya dan meratakannya seperti orang mencuci muka. Semua temannya tertawa senang

melihat itu, sementara Novy menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Novy sudah rata oleh sperma milik Eka.
Kemudian lima orang lainnya secara bergantian memperkosa Novy di vagina, anus maupun mulut Novy. 

Mereka juga meremas-remas payudara Novy dan mencubit serta menggigit puting susu Novy keras-keras. Kini wajah, payudara, perut, punggung, vagina dan pantat Novy sudah penuh oleh sperma. Bahkan kedua buah payudara Novy kini berwarna kemerahan karena digigit dan diremas secara kasar oleh teman-temannya. 

Di punggung Novy juga tercetak jalur-jalur merah akibat dicambuk Shanty tadi.
Walaupun telah diperkosa berkali-kali, namun rupanya Novy tidak mencapai orgasme sama sekali, karena dia berusaha menahannya. Melihat itu Shanty merasa kesal dan memaksa Novy untuk mencapai orgasme dengan cara bermasturbasi sendiri.

“Gila elo.., lagi diperkosa aja masih sombong nggak mau orgasme. Sekarang elo harus orgasme.., cepat masturbasi lagi sambil nyukur bulu elo

tuh sampai bersih..!” perintah Shanty.
Shanty memberikan pisau cukur kepada Novy dan menyuruhnya untuk mencukur bulu kemaluannya sendiri sambil bermasturbasi. Novy tidak berani berbuat apa-apa kecuali menurut. Sambil menutup matanya, tangan kiri Novy mulai meremas-remas payudaranya sendiri sambil meratakan sperma yang ada di payudara dan perutnya. Sementara tangan kanannya mulai mencukur bulu kemaluannya pelan-pelan sampai habis. 

Novy tidak memerlukan shaving cream lagi, karena vaginanya sudah licin oleh sperma dan juga cairan vaginanya.
Setelah selesai mencukur bulu kemaluannya sampai habis, Novy mulai memasukkan gagang pisau cukur itu ke dalam vaginanya dan menggerak-gerakkannya keluar masuk perlahan-lahan. Vagina Novy terasa panas dan perih saat Novy menyentuhnya. Rupanya dengan bermasturbasi sendiri,

Novy lebih terangsang, dan akhirnya lima menit kemudian tubuhnya tiba-tiba mengejang, kakinya menekuk dan dadanya membusung memperlihatkan kedua payudaranya mengacung tegak dengan puting susu yang mencuat keluar, menandakan bahwa Novy sudah sangat terangsang. Novy mengeluarkan erangan yang tertahan sambil tangan kanannya terus menggosok vaginannya, dan tangan kirinya menjepit puting susunya sendiri. 

Akhirnya Novy mengalami orgasme yang luar biasa. Tubuh Novy kaku merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalar di seluruh tubuhnya, dan cairan vagina Novy mengalir keluar dengan derasnya. Novy tidak dapat menutupi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, sehingga dia pun mengeluarkan suara mendesah yang keras. Bahkan dia lupa bahwa dia kini sedang diperhatikan oleh banyak orang dan untuk saat itu dia juga lupa akan kesakitan yang diderita tubuhnya.

Belum pernah sebelumnya Novy mengalami orgasme sehebat itu, walaupun dia sering bermasturbasi di rumahnya. Ini karena sebelumnya dia belum pernah berhubungan badan, dan saat ini dia baru diperkosa beramai-ramai. Dan selama diperkosa itu, walaupun sebenarnya Novy merasa terangsang, Novy menahan orgasmenya sekuat tenaga dan akhirnya semua ditumpahkan saat dia bermasturbasi.

Setelah mengalami orgasme, Novy hanya terdiam kecapaian. Kesadarannya perlahan mulai kembali lagi dan rasa sakit kembali terasa di seluruh tubuhnya. Kedua kakinya tertekuk dan mengangkang lebar memperlihatkan vaginanya yang sudah licin mengkilat tanpa ada bulu kemaluannya sehelai pun sehabis dicukur. Di sekitar vagina Novy terlihat bercak-bercak merah darah perawan Novy dan juga sperma. 

Tangan kanannya menjulur ke samping dan tangan kirinya terlipat menutupi sebagian payudaranya. Tubuhnya licin dan mengkilat karena keringat yang membanjiri dan juga karena sperma yang diratakan ke seluruh tubuhnya. Novy masih menangis pelan karena sakit dan juga karena rasa malu yang menyerang dirinya. 

Namun Novy juga tidak dapat menutupi kenikmatan luar biasa yang baru saja dirasakannya. Novy tidak mampu bergerak lagi.
Namun melihat itu, nafsu teman-temannya kembali muncul dan mereka kembali maju bersamaan untuk memperkosa Novy lagi. Kali ini Novy tidak mampu berontak sama sekali, karena dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi. Dia hanya terdiam dan tubuhnya mengikuti saja gerakan pemerkosanya. 

Novy seperti boneka yang sedang dipermainkan beramai-ramai. Kedua belas temannya kembali memperkosa vagina dan anus Novy yang sudah terasa lebih longgar setelah dimasuki banyak penis berkali-kali. Mereka juga memaksa Novy untuk mengulum dan menjilati penis mereka, dan menelan semua sperma yang disemburkan ke dalam mulutnya. 

Bahkan Novy diperkosa oleh tiga orang sekaligus yang memasukkan penisnya ke mulut, vagina dan anus Novy secara bersamaan, sementara dua orang lainnya mempermainkan payudara Novy.

Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh teman-teman Novy terhadap tubuh Novy. Kali ini Novy tidak kuat lagi menahan orgasmenya, dan dia mengalami orgasme beberapa kali, namun tidak sehebat yang pertama. Setelah kedua belas orang temannya

selesai memperkosa dirinya untuk kedua kalinya, Novy akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Novy telah diperkosa secara habis-habisan selama tiga jam lebih oleh dua belas orang temannya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Shanty.
Ketika Novy terbangun, dia menyadari bahwa dirinya terikat ke tiang listrik dalam keadaan berdiri di tempat parkir kampusnya yang terbuka.

Saat itu keadaan masih gelap dan masih belum ada satupun orang maupun mobil yang datang. Kedua tangan Novy terikat ke belakang dan kedua kakinya juga terikat ke tiang listrik. Tubuhnya masih telanjang bulat tanpa selembar benang pun dan dia tidak dapat bergerak sama sekali.

Ketika Novy mencoba berteriak, dia baru sadar bahwa mulutnya ditutupi oleh lakban, sehingga dia tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali. Vagina dan kedua puting susu Novy juga ditempeli oleh lakban. Di dadanya tergantung kertas yang bertuliskan 

Silakan Nikmati Tubuh Saya.

GRATIS. Ttd: NOVY.

Novy membayangkan bagaimana malunya dirinya kalau nanti orang-orang datang dan melihat keadaan dirinya yang telanjang bulat dan belepotan darah serta sperma kering. Dia bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana kalau nanti orang yang datang membaca dan menuruti tulisan di kertas itu, kemudian memperkosa dirinya.

Tidak lama kemudian, dia melihat tujuh orang datang. Rupanya mereka satpam dan tukang parkir kampusnya. Novy berusaha minta tolong dan mereka akhirnya datang menghampirinya. Novy sedikit merasa lega, karena dia berpikir pasti mereka akan menolongnya. Namun ketakutan Novy menjadi kenyataan, karena bukannya bantuan yang diberikan, ketujuh orang itu malah ingin menikmati tubuh Novy di tempat parkir itu.

Sebelumnya seorang satpam menarik lepas dengan paksa lakban di vagina, puting susu dan mulut Novy, membuat Novy kembali merasakan kesakitan. Kini vagina dan puting susu Novy kembali terbuka dan dapat dilihat oleh orang.

“Wah, inikan si Novy, cewek paling cantik di kampus. Ngapain dia telanjang-telanjang begini di tempat parkir..?” kata salah satu dari mereka.
Dan orang lainnya menyahut, “Gile.., bodinya seksi banget. Gimana kalo kita cicipin aja bodinya sekalian. Liat tuh.., memeknya bersih nggak ada bulunya.”
“Iya nih, kita perkosa aja yuk sekalian.. lagian dia yang minta diperkosa, liat aja tulisan di kertas itu.”

“Ayo cepet kita perkosa aja.. Gue belum pernah ngerasain punyanya cewek kuliahan nih..!”
Novy hanya dapat menangis dan memohon, “Tolong Pak, lepaskan saya.. jangan perkosa saya lagi, sudah cukup penderitaan saya..”
Namun mereka tidak peduli dengan rintihan Novy dan tetap melancarkan aksinya.

Mereka tertawa bahagia dan mulai membuka baju dan celananya masing-masing. Melihat itu Novy hanya dapat pasrah dan berharap mereka tidak menyakiti dirinya lagi. Tidak mungkin baginya untuk berteriak minta tolong, karena tidak ada orang sama sekali di sekitar situ. 

Kemudian mereka mengambil selang air dan menyemprot tubuh Novy dengan air dingin sambil menggosok-gosoknya untuk membersihkan tubuh dan wajah Novy dari darah dan sperma kering yang menempel di tubuhnya. Disemprot air dingin seperti itu, Novy terkejut dan menggigil kedinginan. 

Namun itu tidak lama, karena kemudian dua orang laki-laki segera melepaskan ikatan Novy, mengangkat tubuh Novy dan mendekapnya dari depan dan belakang. Novy kini terjepit di antara tubuh dua orang laki-laki. Mereka mulai memasukkan penis mereka ke dalam vagina dan anus Novy secara bersamaan. 

Novy diperkosa di vagina dan anusnya dalam posisi berdiri.
Sementara itu orang yang berada di depan Novy menciumi bibir Novy dengan paksa, dan orang yang berada di belakang Novy meremas-remas kedua payudara Novy dari belakang. Beberapa menit kemudian kedua orang itu mencapai klimaks dan menyemburkan spermanya di dalam vagina dan anus Novy. 

Orang yang memperkosa vagina Novy menyemburkan spermanya berkali-kali di dalam vagina Novy, sehingga Novy dapat merasakan bahwa kini vaginanya dibanjiri oleh sperma orang itu yang sangat banyak dan tidak dapat tertampung lagi di dalam vaginanya.

Setelah itu, Novy dipaksa berlutut dan harus berkeliling menjilati semua penis laki-laki yang berdiri mengelilinginya secara bergantian.

Novy juga terpaksa menelan sperma semua laki-laki itu satu-persatu. Setelah menjilati semua penis laki-laki yang ada di situ, Novy kemudian diperkosa lagi di vagina dan juga anusnya. Salah seorang diantaranya memiliki penis yang sangat besar dan panjang, sehingga ketika dia memperkosa anus Novy, penisnya hanya dapat masuk setengahnya. 

Namun orang itu terus mendorong penisnya masuk ke dalam lubang anus Novy dengan paksa, membuat Novy meronta-ronta kesakitan.
Selain menyemburkan spermanya di dalam vagina dan anus Novy, mereka juga menyemburkan spermanya di tubuh Novy dan memaksa Novy untuk meratakannya dengan tangannya sendiri. 

Novy tidak pernah membayangkan bahkan dalam mimpi terburuknya, bahwa dirinya benar-benar dinikmati oleh banyak orang dalam semalam. Dan kali ini Novy tidak dapat lagi menahan orgasmenya. Dia mencapai orgasme sampai berkali-kali, mungkin

karena satpam-satpam ini lebih berpengalaman dibandingkan teman-temannya yang memperkosanya sebelumnya.. Setelah ketujuh orang itu kebagian mencicipi vagina, anus dan juga mulut Novy, Novy kembali diikat di tiang listrik dalam posisi semula, dan kembali ditinggalkan seorang diri dalam keadaan telanjang bulat. 

Tubuh Novy kembali belepotan oleh sperma dan kulit tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Sperma dan cairan vagina Novy yang tercampur menjadi satu menetes keluar perlahan-lahan dari vagina dan lubang anus Novy. 

Dari mulut Novy juga mengalir keluar sperma yang tidak dapat ditelan lagi oleh Novy.
Novy hanya dapat menggigil kedinginan. Namun penderitaannya belum berakhir sampai di situ. Novykembali diperkosa secara bergantian oleh orang-orang yang lewat, satpam, tukang parkir, temannya, dan bahkan dua orang dosennya ikut memperkosanya. Vagina, anus dan mulutnya dimasuki oleh penis-penis lain, dan dia dipaksa menelan sperma mereka semua. Sebagian meratakan spermanya di seluruh tubuh Novy. 

Ada yang iseng mencoret-coret tubuh Novy dengan spidol permanen dengan gambar-gambar dan kata-kata jorok. Bahkan orang terakhir yang memperkosa Novy memasukkan ranting pohon sepanjang 25 cm ke dalam vagina dan anus Novy sampai berdarah-darah dan meninggalkannya di situ.

Novy tergeletak di tanah dengan tubuh dan wajah yang kembali berlumuran oleh darah serta sperma, dan ranting pohon yang menancap di anus dan vaginanya. Payudara dan vagina Novy terlihat memar dan berwarna kemerahan. Bulatan pantatnya juga terlihat memar dan kemerahan. 

Novy sudah tidak dapat merasakan lagi vagina dan lubang anusnya. Akhirnya Novy kembali pingsan karena kesakitan dan kecapaian.
Total Novy telah diperkosa oleh lebih dari 30 orang dalam semalam, sampai akhirnya dia ditolong pada jam 05:30 pagi oleh seorang dosen wanita yang melihat keadaan Novy yang menyedihkan. 

Saat ditanya siapa yang memperkosa dirinya, Novy tidak berani menjawab, karena teringat ancaman Shanty yang akan menyebarluaskan rekaman video Novy yang telanjang bulat sedang bermasturbasi dan diperkosa oleh banyak orang. 

Novy lebih memilih bungkam. Dan setelah kejadian itu, Novy tidak dapat bergerak sama sekali sampai berhari-hari, dan dia merasa bahwa penderitaannya masih akan terulang lagi di kemudian hari.


petualanganku masih berlanjut di KETAGIHAN ML KEROYOKAN

NIKMATNYA TUBUH MULUS CALON SEKRETARISKU

Ini kisah pribadiku yang aku coba ingat-ingat lagi setelah lebih dari 9 tahun berlalu.. Nama yang tercantum di sini jelas aku samarkan ya..

Mudah-mudahan cukup menarik..

Tahun 1999 pameran komputer di JHCC memasuki hari terakhir, makanya pengunjung sangat padat sekali hari Minggu itu.. Aku sempatkan untuk

melihat pameran karena perusahaanku sedang membangun sistem informasi dan jaringan komputer baru, setelah sistem yang lama dirasakan tak

mampu lagi untuk mengakomodasi beban pekerjaan yang makin meningkat dengan bertambahnya product line baru. Sebagai Direktur Umum sebenarnya

aku bisa saja menugaskan Purchasing Manager dan IT Manager untuk melihat pameran tersebut dan merekomendasikan jaringan dan peralatan baru

yang bisa kami akuisisi. Tapi memang dunia komputer telah menarik perhatianku sejak dulu, sehingga aku sempatkan waktu liburku untuk

melihat sendiri pameran ini..


TERNODA - Cerita Seks Dewasa
Beberapa stand telah aku masuki dan lihat, untuk mengetahui produk yang mereka jajakan dalm pameran ini, terakhir aku mampir ke stand

ACERuntuk melihat jajaran notebook baru yang mereka tampilkan. Aku sedang memperhatikan spesifikasi sebuah notebook, ketika bau harum

parfum menerpaku.. Salah seorang SPG ACER menghampiri dan menyapaku. “Siang pak, ada yang bisa saya bantu nih..?” sapanya dengan suara yang

renyah.. Aku segera menoleh dan mencoba untuk memperhatikannya lebih sekasama.. Wajahnya yang cantik dengan senyuman yang menawan

dikembangkanlagi..”Pak ini produk baru lho pak, diskonnya 20% hari ini terakhir pak,” ujarnya ramah sambil makin mendekatkan tubuhnya

kearahku.. Wangi tubuhnya semakin terasa “Iya nih, aku lagi lihat-lihat aja dulu ya..” ujarku sambil mencari kesempatan untuk memperhatikan

sosoknya.. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, kutaksir sekitar 160 cm, tapi selain wajah cantiknya, ada dua hal lagi yang membuatku tertarik;

yaitu kulitnya yang putih dan tonjolan didadanya yang sangat membusung, aku yakin ini pasti ukuran 36b minimal.. “Bapak ada kartu namanya?”

tanyanya ramah.. “Oh, ada bentar aku ambil dulu ya..” ujarku seraya mengeluarkan dompetku dan mengambil kartu namaku.. Dia mengamati nama

dan jabatanku, kemudian dengan senyum makin mengembang dia dia menambahkan..”Wah bapak perlu buat pribadi atau perusahaan nih..” tanyanya

ramah.. “Ya jelas untuk perusahaan lah kalau komputer non, kalau pribadi ya ama kamu aja..” candaku.. “Iiihh... bapak genit ah..” katanya

sambil menahan senyum dan “Ini kartu namaku pak, nomor hapeku ada dibelakang ya..” sambungnya. Kuperhatikan kartu namanya..hemm..”Ranggi

nama yang indah, seindah orangnya nii..” ujarku, dan Ranggi tersenyum manis “Bapak jago nih kalau ngerayu,” katanya.. “Okay Ranggi, nanti

kalau jadi aku hubungi kamu ya..” kataku seraya menjabat tangannya yang empuk banget dan nampak buah dadanya yang terguncang saat itu..

“Bener lho pak, jangan lupa ya ama Ranggi,” ujarnya.. “Pak kalau Ranggi telpon bapak kapan-kapan ga papa kan pak?” tambahnya.. “Tentulah

non, untuk orang secantik kamu, kapan aja pasti aku terima..”candaku lagi.. “Makasih pak..”

Hari Senin pagi jam 7.30 aku sudah sampai dikantorku setelah mengantar anakku masuk sekolah di daerah Kebayoran.. Kantorku di kawasan

Sudirman masih sepi karena memang kantor masuk jam 8.00, hanya office boy yang masih sibuk membersihkan ruangan Departemen Umum yang telah

datang.. Aku sedang duduk membaca koran dan menikmati kopi ketika hapeku berdering nyaring.. “Haloo, benar saya bicara dengan pak Iwan?”

suara bening dan empuk menyapaku.. “Iya benar, ini dari siapa ya?” tanyaku, sambil mengingat-ingat nomor ini.. “Ya, bapak gitu deh.. Masa

nomor Ranggi dilupain siiihh” seru manja suara diseberang.. “Oohh kamu Ranggi, bukan aku lupa, tapi aku belum sempet masukin nomor kamu

ni...” ujarku.. “Pak, bapak sibuk gak hari ini? Kalau tidak, boleh dong Ranggi mampir nanti siang.. Ada yang Ranggi mau bicarakan ama

bapak..” pintanya masih dengan suara manja.. “Ya udah, kamu datang aja pas jam makan siang. Nanti sambil kita makan siang bareng aja, kamu

omongin keperluan kamu ya..” kataku.. “Baik pak, makasih lho boleh ngrepotin bapak..” balasnya.. “On-time ya, jangan telat ..”kataku..

Jarum jam menunjukkan pukul 11.55 ketika saalah seorang stafku mengetuk pintu kamarku.. “Masuuukk..” kataku.. “Pak ada tamu mau menemui

bapak, namanya Ranggi..” kata stafku, “Oh ya, suruh masuk aja..” ujarku.. Tak lama kemudian sebuah wajah cantik menyembul dari sela pintu

yang tak tertutup..”Siang pak Iwan..” sapa Ranggi.. “Masuk Ranggi, kita duduk di sofa aja ya..” kataku seraya bangkit menuju sofa di depan

meja kerjaku.. Ranggi mengenakan setelan blouser dan celana panjang resmi, beda dengan seragam SPG ACER yang seksi kemarin dia kenakan..

Tetapi blouser itu tak mampu menyembunyikan tonjolan buah dadanya yang besar dan sangat seksi, walau dia nampak sedikit resmi dengan

bajunya saat ini.. “Wah, kantor bapak enak bener ya..” ujarnya memperhatikan sekeliling ruanganku.. “ Aaahh..bisa aja kamu..” ujarku..”Ayo

kamu temenin aku makan siang dideket sini yoo...” “Baik pak..” ujarnya..

Kuarahkan mobil kearah selatan dan setelah melewati daerah macet disekitar Tendean kumasukan mobil kehalaman sebuah hotel bintang tiga..

“Sapi lada hitam di restorannya enak Nggi..” ujarku lembut, mencoba menenangkan wajahnya yang bertanya-tanya.. “Oh..begitu pak,” jawabnya

dengan suara yang agak serak.. Setelah kuserahkan mobil kepetugas parkirnya, kuajak Ranggi masuk kerestoran melewati resepsionis.. Setelah

memsan makanan, mulai kutanyai Ranggi tentang keperluannya.. “Ya udah sambil menunggu makanan kita, kamu bisa cerita keperluan kamu..”

“Begini pak, sebenarnya saya malu ngrepotin bapak, tapi saya bener-bener lagi butuh ni pak,” ujarnya pelan dengan suara agak memelas.. Aku

diam saja,memberikan waktu kepadanya untuk meneruskan ucapannya.. “Kalo bapak bisa dan perlu, saya mau pak jadi sekretaris bapak. Saya

lihat tadi bapak belum punya sekretaris..” “Oo..begitu toh non..Kalo gitu kamu siapin CV kamu dong..”ujarku.. “Ini pak,”tukasnya capat

sembari membuka tas dan menyerahkan sebuah amplop besar.. “Okay, sekarang kita makan dulu, nanti kita lanjutin ya.. Mudah-mudahan aku bisa

bantu kamu..” ujarku, sambil mulai memikirkan cara untuk menenangkan adikku yang dari tadi sudah keras melihat tonjolan buah dada di balik

blouser Ranggi.. Setelah makan, aku bilang ke Ranggi mau ke Rest Room dulu; padahal aku segera menuju Receiptionist untuk membuka kamar dan

mengambil kunci.. Segera kau kembali untuk membuatnya tak curiga karena menunggu terlalu lama.. “Nggi bentar lagi ada klien dari Surabaya

mau ketemu aku, nanti kamu dampingi aku yaa.. Sekalian aku mau lihat kemampuan kamu dalam praktek langsung,” ujarku tegas.. “Siap pak,”

jawabnya seraya menyelesaikan makan siangnya.. “Ayo kita keatas, sambil nunggu dia datang aku bisa wawancara kamu dulu..”kataku. Dia hanya

diam sambil berjalan perlahan dibelakangku, seraya kupijit tombol lift.. Sampai di lantai 5, segera kucari kamar 536 dan kubuka pintunya..

“Ayo masuk aja Nggi, lebih enak kita ngobrol dan wawancara disini sambil nunggu klienku..”ujarku.. Kusetel AC ke angka 27 derajat, supaya

nanti dia merasa kepanasan dengan blouser tebalnya, dan melepasnya.. “Coba sekarang kamu ceritakan tentang diri kamu yang detil, nanti baru

aku wawancari kamu,” seraya kubaca CVnya.. Dia dengan hati-hati mulai menceritakan tentang dirinya, sembari sesekali kucuri pandang kearah

tonjolan didadanya.. Ternyata dia hanya part-timer saja kerja sebagai SPG, sembari mencoba mencari kerja full time sebagai sekretaris,

sesuai dengan pendidikannya.. Sudah lebih 5 bulan ini dia mencoba, tapi belum berhasil juga. Padahal tabungannya sudah menipis dan dia

sudah dikejar oleh ibu kosnya untuk membayar tunggakan kosnya 2 bulan, karena dia mendahulukan untuk membayar SPP dua adiknya.. Kedua

kakaknya memang telah menikah, tapi kondisi keuangan mereka tak dapat diharapkan untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya. Oleh karena itu

dia sangat membutuhkan pekerjaan tetap saat ini, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kelangsungan sekolah kedua adiknya.

Setelah beberapa saat, Ranggi merasa kepanasan dan butir keringat mulai terlihat di dahinya.. “Kamu kepanasan ya.. Sorry Nggi aku agak gak

enak badan, jadi AC aku setel segini..” ujarku. “Kamu copot aja blouser kamu itu, biar lebih nyantai dan sejuk..” “Iya pak,” ujarnya seraya

melepas blousernya, dan nampaklah pemandangan indah yang kutunggu-tunggu dari tadi.. Bahan sejenis kaus yang agak ketat dan tipis,

membuatku sedikit terperangah, tapi dengan cepat aku sembunyikan sambil pura-pura tak melihat tonjolan buah dada yang begitu besar dan

indah membayang dibalik kaus ketatnya.. Kugeser posisi dudukku, karena adikku sudah sangat tegang dan dalam posisi yang sangat tak nyaman..

Kuambil notebook dari tasku, dan kusuruh Ranggi menghidupkannya dan coba membuat surat penolakan untuk seorang penyedia barang.. “Wah

komputer bapak canggih sekali, ini tombol onnya dimana ya pak?” tanyanya.. Aku berdiri dan pindah duduk di sebelahnya, ketika semerbak bau

wangi parfum bercampur keringatnya menerpaku.. “Sini kamu lihat ya Nggi,” ajakku untuk mendekatiku dan melihatku membuka notebook Fujitsuku

yang baru.. Ranggi duduk merapat di sebelah kananku, ketika aku mulai membuka notebook dan memulai program Word.. Ketika dia semakin

merapat, dengan gerakan sangat natural kugerakkan sikuku kebelakang hingga menekan tonjolan buah dadanya yang seksi. Uuuhhh... empuk sekali

buah dadanya.. Refleks dia menarik tubuhnya kebelakang utuk menghindari lenganku, dan dengan wajah tanpa dosa kusuruh dia mulai mengetik

surat itu.. Meja didepan sofa tempat kami duduk memang sangat rendah, sehingga dia terpaksa sedikit agak membungkuk untuk mengetik surat

itu.. Aku rapatkan dudukku kearahnya, sambil pura-pura melihat dia mengetik dari samping agak dibelakang kepalanya, padahal pandangan

mataku jatuh kebelahan buah dadanya yang nampak sangat merangsang.. Gerakannya mengetik membuat buah dadanya berguncang, dan ini membuat

penisku makin tegang.. Setelah beberapa saat, aku tidak kuat lagi untuk menahan tangganku untuk tidak menyentuh payudaranya yang sangat

seksi itu.. Dari samping kepalanya tanganku menjulur dan menyeruak masuk kedalam kaus ketatnya, mencoba menyentuh dan meremas bongkahan

buah dada yang sangat merangsang itu.. Ranggi tidak menyangka atas gerakan tanganku, dan untuk beberapa saat dia terpana sehingga tanganku

berhasil masuk kebalik kausnya dan meremas buah dadanya.. Ketika dia tersadar, dia berusaha bangkit dari sofa; tapi gerakan tangan kananku

cepat meraih pinggangnya dan menariknya hingga terjatuh kepangkuanku.. “Kamu mau pekerjaan ini, atau tidak Nggi?” ujarku sambil tetap

memeluk pinggangnya dengan tangan kananku, dan tangan kiriku masih berada dalam kausnya meremas-remas buah dadanya yang besar itu.. “Atau

kamu mau membiarkan kedua adikmu berhenti sekolah?” Perlawanannya melemah ketika mendengar perkataanku, dan kembali tangan kiriku

bergerilya dibalik kaus ketatnya, mencoba masuk kebalik BH-nya. Dia menggelinjang ketika tanganku berhasil menyentuh putingnya..

“Uugghhh..pak Iwan, jaangaann dong pak..” ujarnya lirih..


Aku tak menggubris keberatannya, malah tangan kananku segera mencoba untuk merebahkan tubuhnya ke sofa.. Ketika tubuhnya berhasil aku

rebahkan di sofa, segera kedua tanganku menarik kaus ketatnya keatas, dan menyembullah bongkahan daging kenyal yang masih tersembunyi di

balik BH hitamnya yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih sekali.. Kutindih tubuhnya dan segera wajahku terbenam di antara dua

bongkah putih payudara yang sangat merangsang itu.. Kupegang kedua tangannya dengan tanganku, dan dengan menggigit pinggiran BH-nya kucoba

untuk menariknya ke atas.. Yesss..akhirnya menyembullah dua buah dada yang putih, bulat, dan membusung.. Ranggi masih berusaha mendorong

tubuhku yang tepat berada di atasnya, tapi kuncian posisi yang kuciptakan berhasil untuk melemahkan perlawanannya.. Akhirnya dia membiarkan

saja ketika mulutku segera menerkam payudaranya yang putih, bulat, dan tegak menantang.. Putingnya yang berwarna sawo matang dengan pucuk

yang agak kecil segera terbenam dalam mulutku.. “Eerrggghhh...” erang Ranggi ketika ujung lidahku mulai mempermainkan putingnya.. Wajahnya

yang cantik nampak berusaha menahan rangsangan yang timbul ketika mulut dan lidahku bergantian menyerang kedua buah payudara indahnya, dan

bulir-bulir keringat makin banyak muncul didahinya.. Melemahnya perlawanan Ranggi kugunakan untuk membuka kancing BH-nya, dan ketika

berhasil, segera kuangkat kausnya melewati kepalanya.. Akhirnya aku berhasil menelanjangi bagian atas tubuh Ranggi..

Kembali lagi mulut dan lidahku menerkam buah dada kiri Ranggi dan mengulum serta mempermainkannya dan putingnya menjadi sentral kulumanku,

sembari telapak tangan kananku mulai meremas buah dada kanannya dan jariku mempermainkan putingnya yang indah.. Sepuluh menit berlalu dan

rangsangan yang kutimbulkan ternyata menguras habis tenaga Ranggi, sehingga dia tidak menyadari ketika tanganku berhasil membuka kaitan

celana panjang yang dia kenakan.. Dia masih berusaha menahan rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya,

ketika tangan kananku mulai menarik turun celana panjangnya.. Ketika sampai kedekat tumitnya, segera kugunakan kakiku untuk mendorongnya

lepas.. Indah sekali tubuh Ranggi, ketika tinggal celana dalam hitamnya tertinggal melekat di tubuhnya.. Sambil tidak mengurangi seranganku

pada kedua buah dadanya, segera jari-jariku menyusuri pinggiran celana dalamnya sambil mencoba memasukkan jari tengahku kebalik celana

dalamnya.. Heemmm...ternyata vaginanya sudah mulai basah ketika jari tengahku berhasil menyentuhnya.. Berarti dia mulai terangsang dengan

seranganku.. Kucoba untuk mencari klitorisnya, dan ketika jari tengahku berhasil mencapainya terdengar kembali erangan lemahnya

“Aarghhh..paaakk..” Wajahnya terdongak keatas ketika jariku mulai mempermainkan klitorisnya dan erangannya makin merangsangku untuk

menyerangnya di kedua titik lemahnya.. Ketika Ranggi makin tak mampu menahan rangsangan yang menyerangnya, kugerakan tanganku untuk mencoba

melepaskan lapisan terakhir yang menghalangi.. Perlahan berhasil kutarik hingga lututnya, dan karena aku konsentrasi untuk melepaskan

celana dalamnya, maka seranganku pada buah dadanya agak mengendur.. Kesadarannya sedikit pulih, saat aku mendorong turun celana dalamnya

dengan kaki kananku.. “Paakk..jangaann...pakk...” erangnya kembali sambil berusaha mendorong tubuhku.. Kuhentikan usahaku untuk melepaskan

celana dalamnya, dan kubiarkan tertinggal ditumitnya, ketika aku mulai kembali mengisap puting kanannya dan jariku memutar-mutar puting

kirinya.. Erangannya terdengar makin kuat.. “Aarrrgghh...uuugghhh...paaaakk..” Setelah dia kembali tenggelam dalam rangsangan yang

kutimbulkan, dengan kaki kananku segera kudorong lepas celana dalamnya melewati tumitnya.. Wahh...memang indah benar tubuh calon

sekretarisku ini dalam keadaan telanjang bulat.. Bulu-bulu hitam membasah yang menghiasi vaginanya sangat kontras dengan kulitnya yang

putih bersih bak pualam...
Perlahan sambil mengubah posisiku menduduki tubuh Ranggi, kulepaskan kemejaku dan segera kembali kuserang payudaranya sebelum dia menyadari

tubuh atasku sudah telanjang.. Sambil terus mengulumi payudara indahnya, perlahan kulepaskan celana panjang sekaligus celana dalamku..

Akhirnya tidak ada lagi yang menghalangi tubuh telanjang kami berdua, untuk langsung bersentuhan kulit ke kulit.. Tak terasa butuh waktu

hampir 45 menit untuk berhasil menelanjangi tubuh calon sekretarisku yang cantik ini, dan perlawanannya semakin melemah.. Keringat telah

banyak membanjiri tubuh kami berdua.. Jari tangan kananku kembali mempermainkan klitorisnya yang sudah sangat basah, dan kucoba untuk masuk

lebih dalam lagi kedalam vagina Ranggi.. Uugghhh..masih peret sekali vaginanya.. Kurenggangkan kedua belah pahanya, dan mulai kutempatkan

kepala penisku diantara belahan pangkal pahanya.. Ketika mulai menyentuh mulut vaginanya, segera kugosok-gosokan kepala penisku dan kucoba

untuk menekannya masuk.. Ranggi menyadari adanya benda yang mencoba masuk kedalam vaginanya, “Paakk..jangaann paak..” erangnya lemah..” Aku

masih perawaann paaakk..” suaranya membisik lemah sambil mencoba untuk menghindari masuknya penisku dengan menggeser pinggangnya.. Segera

kugeserkan pinggangku menyejajari gerakan pinggangnya, sambil kupegangi pinggangnya dengan tangan kiriku, kuarahkan kembali penisku dengan

tangan kananku kearah vaginanya.. “Udaahh Nggi.. Kamu mau pekerjaan ini atau tidak sihh..” suaraku tegas sambil tidak melepas kuncianku

pada pinggangnya.. Perlahan kembali kutekan kepala penisku masuk kevagina Ranggi, dan akhirnya berhasil masuk bagian kepalanya..

Kugoyangkan dengan gerakan memutar untuk memperlebar vagina Ranggi yang ternyata masih benar-benar perawan nampaknya.. Kutekan lagi

penisku, dan kali ini berhasil masuk setengahnya.. Cengkeraman vagina Ranggi sangat luar biasa rasanya, membuat penisku seakan dicengkeram

erat kedinding vaginanya.. Wajah Ranggi seakan menahan sakit bercampur nikmat yang luar biasa, ketika kembali kugerakan penisku memutar

untuk memperlebar vaginanya.. Kucoba untuk mencium bibirnya yang mungil, sembari tanganku meremas-remas buah dadanya yang besar.. Kusedot

dan kuhisapi bibirnya, dan lidahku akhirnya bisa menerobos masuk kedalam bibirnya.. Kusapu rongga mulutnya dengan lidahku, dan kemudian aku

berhasil menyedot lidahnya dalam kuluman bibirku.. Usahaku ini berhasil untuk membantu mengurangi cengkeraman vaginanya yang sangat erat,

dan akhirnya dengan sebuah tekanan yang kuat, penisku berhasil menembus benteng selaput keperawanan Ranggi dan amblas sepenuhnya dalam

vaginanya.. Hangat sekali terasa dikulit penisku, ketika vagina Ranggi mendekap erat.. Kubiarkan sebentar sambil kuperhatikan kernyitan di

dahi Ranggi, kurasa dia sedang berusaha menahan rasa perih akibat pecahnya selaput keperawanannya.. Butir keringat membasahi dahinya yang

indah, dan kulihat dia menggigit bibir bawahnya.. Aahhh..cantik sekali kamu Ranggi..

Perlahan kugerakkan pinggangku mundur, dan dengan perlahan pula kutekan maju kembali.. Masih peret sekali kurasakan vagina Ranggi..

Perlahan kutambah kecepatan dan kekuatan tekananku, kernyitan di wajah Ranggi juga mulai menguap digantikan oleh erangan kenikmatan

“Aahhh...aahhh....aahhh...” Semangatku semakin bertambah, dan semakin kencang pula aku memajumundurkan penisku.. Gesekan kulit penisku

dengan dinding vagina Ranggi, membuat syaraf-syarafku terangsang dengan hebat.. Takut tak dapat menahan rangsang itu, kulambatkan

gerakanku.. Dua puluh menit telah berlalu, Ranggi tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dia rasakan.. Erangannya makin sering terdengar,

dan akhirnya memuncak dengan dekapan erat lengannya dipunggungku.. Kukunya yang tajam mencengkeram dan menusuk kulit punggungku, ketika

akhirnya dia mencapai orgasmenya yang pertama.. Kuhentikan gerakanku untuk memberinya kesempatan menikmati orgasmenya, dan kucium lembut

bibirnya sambil membiarkan penisku tetap terbenam dalam vaginanya.. Tak sadar dia membalas ciumanku, dan bibirnya lembut menyapu bibirku..

Tubuhnya lemas tergolek saat kulepaskan penisku dari dalam vaginanya.. Meleleh cairan kenikmatan Ranggi, bercampur dengan darah

keperawanannya nampak membasah keluar dari vaginanya.. Kuambil tissue yang terletak dimeja kecil di samping tempat tidur, dan kuhapus

lelehan cairan kenikmatan dan darah perawan Ranggi..

Kumiringkan pinggangnya ke kanan, dan kuangkat kaki kanannya ke atas sembari kembali kutekankan penisku masuk ke dalam vaginanya...

Pantatnya yang putih indah mulai bergoyang saat aku mulai menggerakkan pinggangku maju-mundur.. Setelah cukup pelumasnya membasahi,

kupercepat gerakanku.. Kuletakan kakinya dipundakku, dan sambil meremasi buah dadanya yang indah, kupercepat gerakan maju-mundur penisku..

Lima belas menit tak terasa, keringat makin membajiri tubuhku, sebagian jatuh menetes di pahanya.. Rangsangan membuat wajah cantik Ranggi

nampak semakin seksi.. Kuletakkan kembali kaki kanan Ranggi, dan sembari dalam posisi duduk kuletakan kedua belah pahanya di atas pahaku..

Kembali kugerakkan pinggangku maju mundur, sambil memperhatikan buah dadanya bergoyang indah seirama dengan gerakan pinggangku.. Uuhhhh...

indah sekali pemandangan ini, apalagi wajah cantik Ranggi sudah tak mampu lagi menyembunyikan kenikmatan yang dia rasakan.. Gerakanku makin

cepat, dan akhirnya aku tak tahanlagi untuk tidak menerkam buah dada yang bergerak indah tadi dengan mulutku.. Sembari tidak mengurangi

kecepatan gerakan pinggangku, kukulum dan kadang kugigit pelan buah dada Ranggi.. Rangsangan itu makin membara, dan akhirnya aku tak mampu

lagi menahan kenikmatan itu.. Bebarengan dengan orgasme kedua Ranggi, yang ditandai dengan cengkeraman kuat kuku tangannya dipunggungku,

kuhunjamkan keras penisku sampai kedasar vaginanya, saat aku mencapai puncak. Dan penisku menyemburkan sperma ke dalam vagina Ranggi hingga

lima kali... Tubuhku ambruk menindih tubuh Ranggi, terasa nikmat sekali saat dadaku menekan buah dadanya yang besar dan kenyal itu.. Peluh

benar-benar telah membanjiri tubuh kami berdua, tumpah hingga kesprei kasur yang sudah nampak kusut sekali.. Dibeberapa bagian, kulihat

ceceran darah perawan Ranggi tercetak jelas di atas sprei itu.. Setelah penisku mengecil, kulepaskan dan kurebahkan tubuhku disebelah tubuh

indah Ranggi.. Sempat kulihat titik air mata mebasahi kelopak mata Ranggi, dan isakan tangisnya pelan terdengar.. Segera kuciumi rambut,

dahi, dan akhirnya kelopak matanya yang basah oleh air mata, sembari kubisikan kata-kata untuk menenangkannya.. “Udahlah Ranggi, semua

sudah terjadi..” “Kamu jangan takut ya.. Aku pasti akan bertanggung jawab koq..” Kucium bibirnya yang masih terisak-isak, dan kudengar

lirih suaranya..” Pakk..Ranggi udah gak perawan lagi.. Bagaimana nanti Ranggi mesti cerita ke pacar Ranggi paakk..?” “ Sudahlah Nggi, nanti

kita pikirkan ya.. Pokoknya aku akan bantu kamu sepenuhnya.. Okay?” ujarku seraya membelai rambut yang jatuh didahinya, dan mengecup

bibirnya lembut.. Belaian dan kecupanku berhasil membuatnya tenang, kupeluk tubuhnya yang masih telanjang dalam dekapan kedua tanganku..

Dia menyurukkan kepalanya dalam pelukanku, dan kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua.. Tak lama nampak dia tertidur

kelelahan dalam dekapanku.. “Ranggi...Ranggi..” desahku pelan, seraya terjatuh dalam pelukan tidur yang nikmat..

KU JILAT DENGAN BUAS SELANGKANGAN TANTE

Senin pagi itu, tak biasanya Deborah datang pagi-pagi sekali ke tokonya di jalan B, daerah selatan stasiun kereta api di kota YK. Saat itu

ia mengenakan blouse hijau tanpa lengan yang sangat ketat di tubuhnya yang putih montok. Rambut ikalnya yang panjang bercat kemerahan

diikatkannya ke atas, memperlihatkan tengkuknya yang putih seksi. Rupanya pagi itu, ia memang orang pertama yang datang ke tokonya.

Pegawai-pegawainya biasanya baru datang pukul 8 pagi. Setelah membuka pintu toko mainannya, ia langsung menuju meja kasir dan menghitung

laba perolehan hari sebelumnya, sambil menunggu para pegawainya datang 1 jam lagi.

Deborah adalah seorang wanita keturunan tionghoa, yang sudah cukup berumur. Akan tetapi, walaupun usianya sudah kepala 4, tetapi

perawakannya masih mengundang air liur lelaki yang memandangnya. Tubuhnya yang montok selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing

fantasi liar untuk dapat menindihnya. Belum lagi bila memandang buah dadanya yang putih montok itu, setiap lelaki pasti ingin meremas gemas

dam memelintir lembut putingnya. Di usianya itupun, wajahnya masih menunjukkan garis-garis kecantikan, serta sorot matanya yang sayu tetapi

tajam, menandakan kebinalannya di atas tempat tidur.

Enaknya Vagina Tante
Sebagaimana umumnya orang tionghoa, naluri bisnisnya memang cukup tajam. Baru beberapa bulan saja toko mainannya ini ia kelola, ia sudah

mendapatkan cukup banyak pelanggan. Mungkin karena harga mainan anak-anak di tokonya ini relatif murah dibandingkan harga ditoko lainnya.

Sambil menunggu pegawainya, Deborah duduk di belakang meja kasir, menghitung laba hari sebelumnya. Belum ada pelanggan yang datang, mungkin

karena hari masih cukup pagi, dan di luar pun cuaca terlihat agak mendung.


“Wah, pagi-pagi begini sudah mendung, bisa susah rejeki nih!” pikirnya sambil melihat ke arah luar.”Mudah-mudahan aja, nggak hujan..”
Deborah kembali melanjut pekerjaannya, sampai tiba-tiba di luar gerimis pun turun.
“Lho, baru aja dibilangin, malah hujan beneran deh..” gerutunya.”Anak-anak bisa terlambat dateng nih!” ujarnya lagi sambil melirik arloji

emas berbentuk kotak di lengan kanannya.

Gerimis itu lama-kelamaan menjadi hujan yang cukup deras, sehingga hawa pagi itu menjadi semakin dingin. Di luar pun, beberapa orang

menghentikan sepeda motornya untuk mengenakan jas hujan, lalu kembali meneruskan perjalanannya. Kecuali beberapa pejalan kaki yang terus

berjalan sambil berusaha menghindari hujan, ada juga dua orang pengendara motor yang memilih untuk berteduh sebentar di depan tokonya.

Salah seorang pengendara motor itu, kelihatannya seorang mahasiswa yang hendak pergi kuliah dan tidak membawa jas hujan. Pemuda itu memilih

untuk berteduh di depan tokonya, sambil melihat-lihat dari luar ke dalam toko mainan Deborah. Tak lama kemudian, ia masuk ke toko itu,

sambil terus melihat-lihat mainan yang ada. Melihat ada tamu yang masuk ke tokonya, Deborah langsung mempersilahkan pemuda itu dan

menghentikan pekerjaannya menghitung laba.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Deborah.
“Oh, maaf kebetulan saya kehujanan dan berteduh di depan, saya baru ingat kalau saya memerlukan spare parts untuk mobil remote control saya

dirumah” jawab pemuda itu.
“Wah, kalau spare parts remote control, kebetulan disini cukup lengkap, kalaupun di etalase kosong, mungkin bisa saya carikan di gudang”.

Ujar Deborah.
”Memangnya bagian apa yang diperlukan?”
“Saya butuh dinamo dan ban untuk mobil remote control saya dirumah,” jawab pemuda itu.

Sambil menerangkan jenis yang dicarinya ia terus mengamati Deborah yang sedang mengecek buku inventarisnya. Ia baru saja menyadari, bahwa

lawan bicaranya itu ternyata sangat menggoda dan membangkitkan gairahnya. Terutama di pagi hari yang sangat dingin itu. Melihat keadaan

toko yang sepi itu, ia ingin mencoba mencari kesempatan di dalam kesempitan. Ia pun berusaha berkenalan dengan Deborah.

“Oya, kenalkan nama saya Anto,” pancing pemuda itu.
“Oh, saya Deborah,” balas Deborah.
“Saya mesti panggil Mbak atau tante nih?” tanya Anto lagi.
“Terserah deh! Enaknya Dik Anto aja gimana,” jawab Deborah.
”Wah, sepertinya dinamo yang untuk model itu disini sudah habis, saya memang nggak menyimpan stok banyak, karena kurang banyak peminatnya”.
“Yah, sayang sekali.. Apa di gudang juga sudah habis?” pancing Anto.
“Oh iya, saya hampir lupa, sebentar saya coba carikan,” lanjut Deborah sambil mengunci mesin kas-nya dan beranjak keluar meja kasir ke arah

gudang di lantai dua toko itu.
”Dik Anto tunggu sini sebentar ya?”.

Saat melihat Deborah berdiri dan berjalan, gairah Anto semakin meluap. Terlebih lagi ketika ia mengamati Deborah menaiki tangga kayu itu,

matanya semakin nakal melirik ke arah bongkahan pantat Deborah yang terbungkus rok jeans mini. Entah keberapa kalinya ia menelan ludah,

sejak ia pertama kali melihat tante itu. Dan entah desakan dari mana yang membimbing Anto mengikuti Deborah, naik ke lantai dua. Ia

kemudian memegang pegangan tangga, untuk mengikuti tante itu, sambil mendongak ke atas melihat Deborah yang masih menaiki tangga itu.

Terlihat jelas oleh matanya, Deborah saat itu mengenakan celana dalam hitam berenda dan samar-samar memperlihatkan gundukan putih

menggiurkan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Pemandangan itu membuat nafasnya semakin naik turun.

Perlahan-lahan agar tak terdengar oleh tante itu ia mulai meniti anak tangga, hingga akhirnya ia sampai ke lantai dua yang merupakan gudang

di toko itu. Ia menghampiri Deborah yang sedang berjongkok mengaduk-aduk sebuah kardus. Anto mengendap-endap ke belakang Deborah, kemudian

berdiri tepat di belakang Deborah, menunggu tante itu berdiri.

Tak lama kemudian, kelihatannya Deborah sudah menemukan apa yang di carinya, setelah menaruh kembali kardus itu ke tempat semula, ia pun

berdiri, dan langsung dikejutkan oleh kehadiran Anto di hadapannya.
“Lho..”

Belum sempat Deborah menyelesaikan kalimatnya, Anto langsung memeluk Deborah, sambil membungkam mulut tante itu dengan tangannya. Otomatis

Deborah meronta dan berusaha berteriak, sambil memukuli punggung Anto. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka, tangan Anto yang lebih kuat

semakin mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Deborah. Hingga akhirnya Deborah sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan sia-sia.

Tubuh montoknya pun menjadi lemas.

Melihat Deborah sudah menjadi lemas, Anto mengendurkan dekapan dan bungkaman pada bibir Deborah. Ia langsung menciumi bibir tante itu,

dilumatnya habis wajah Deborah. Diciumi dan dijilatinya wajah cantik itu sambil nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.
“Aa.. Apa yang kau lakukan?? Kurang ajar kamu!” bisik Deborah terpatah-patah karena ketakutan.
“Tenang Tante.. Jangan takut, Tante nurut aja.. Lagi pula teriakan Tante nggak akan terdengar karena derasnya hujan,” jawab Anto sambil

terus menciumi bibir Deborah dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah dada tante itu.
“Jjja.. Ngann.. Please.. Kenapa kamu nggak nyari perempuan yang lebih muda aja?” Pinta Deborah sambil berusaha menepis tangan Anto yang

sudah mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus bra dan blouse dari luar.
“Kalau kamu mau uang, ambil aja di kassa.. Tapi jangan seperti ini.. Please..”
“Aku mau Tante aja.. Sudah deh, Tante nurut aja.. Ntar pasti Tante nikmatin juga. Percaya deh!” bisik Anto di telinga Deborah, sambil

kemudian dijilatinya telinga yang putih kemerahan itu.
“Mmmhh.. Tante begitu harum.. Kulit Tante mulus dan wangi..” sambung Anto sambil terus menggerayangi buah dada dan lengan Deborah. Deborah

enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang sedang mencoba memperkosanya itu, tetapi hati kecilnya tergoda juga

oleh kata-kata pemuda itu.

Sambil mendorong tubuh Deborah agar rebah ke lantai, tangan Anto kini mulai berpindah ke daerah perut Deborah, yang kelihatannya sudah

semakin tak berkutik. Direnggutnya blouse tante itu ke atas, dan terpampanglah perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi

tak mengurangi keseksian tante itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun ke leher, buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya

mulai menggerayangi perut dan pusar Deborah.

Rupanya ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama kelamaan menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik,

Deborah menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi desahan. Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang

sesekali meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat dengan tubuhnya. Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan

kecil dari mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.
“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.

Deborah pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu,

di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu. Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil

menyingsingkan rok mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah kemaluan Deborah. “Nngghh..” tak sadar Deborah

melenguh nikmat.

Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya dari luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu

pun tak henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu. “Ahh..

Sshh..” lenguh Deborah.

Deborah semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya.

Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya

memanjakan wanita. Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.

Jemari Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah. Diusap-usapnya jahitan pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu.

Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto

pada jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah menimbulkan suatu sensasi dan rangsangan yang sangat dinikmatinya. Jahitan dari motif

renda yang tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya seakan-akan menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat

Anto memang sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya. Hal ini membuat Deborah semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang

semakin membanjiri daerah itu.

“Aughh.. Nakal kamu ya!” jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya. Sesaat

telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah, ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir kenikmatan

Deborah itu ke bibir seksi tante itu. Dan langsung saja Deborah menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir

kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Anto sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum Deborah

seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itru dengan lembut. Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu,

Anto langsung mendekati bibir wanita itu, berharap agar masih ada sisa lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya. Deborah agaknya

mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung mengumpulkan ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir

kenikmatannya, kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit terbuka penuh gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Deborah.

Dikecap-kecapnya sebentar ludah tante itu dalam mulutnya, kemudian ditelannya penuh nafsu.

Melihat kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh nafsu. Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan

agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk sama-sama saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi

telentang dengan pahanya agak terbuka.

Deborah langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah. Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil

didorongnya kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir

tadi, langsung saja menuruti keinginan Tante itu. Tanpa membuka celana dalam Deborah, ia langsung menjilati vagina Deborah dengan hanya

cukup menarik pinggiran berenda celana dalam Tante itu di sekitar vaginanya. Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil

kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Deborah.

Rupanya Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto, ia juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada

vaginanya. Hingga tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Tante itu bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat,

hingga tak lama kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu, diiringi teriakan liar Deborah.

“Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh.. Ghhaahh..” Racau Deborah. Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”

Wajah Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang berasal dari dalam liang vagina Deborah. Rupanya Saat itu Deborah

baru saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto

menjilati dan meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari dalam vagina Tante itu. Hal ini tentunya membuat

Deborah yang baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.

“Hhhaahh ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak Deborah sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda

itu. Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit pun dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus

mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung menelannya dengan rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh

lendir Deborah.

Setelah Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih kembali, ia langsung beranjak ke arah bibir Deborah, dengan masih mengulum lendir

dari vagina Tante itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya. Deborah langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia langsung

membuka bibir seksinya seraya berkata,
“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Ssshh..”
“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.

Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung melucuti pakaiannya sendiri. Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia memang

tak sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante dan menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang bulat, ia berdiri

sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.

“Woow..” kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.

Deborah langsung mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap

vaginanya sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang

sudah dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang menegang keras itu dengan lendirnya.

“Aaahh.. Angett Tantee..” Bisik Anto sambil memejamkan matanya.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung

dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.

Deborah menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah

dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.
“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula

diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.

Deborah berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil teros berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah

pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Tante-Tante yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin

tak sabar untuk segera menggarap Tante itu. Diacak-acaknya rambut Deborah dengan gemas.
“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.

Deborah yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam berendanya kembali mengerjai penis Anto. Dikulum-kulum dan dijilatinya

batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya sendiri. Deborah semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola

matanya nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan panas itu. Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto

yang menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis kesakitan.

Anto yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja

Deborah menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula bibir dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh

nafsu.

“Tante, aku sudah nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.
“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku

dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.
“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto, “Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan

Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.

Anto langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah

langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu. Ia langsung mengambil ancang-

ancang doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto, siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Deborah

terlihat sangat menggairahkan saat itu. Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar. Pemuda itu langsung mengarahkan penisnya

yang sudah benar-benar panjang dan tegang tepat ke arah vagina Tante itu. Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat putih mulus dan montok

yang masih terbungkus celana dalam hitam itu timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Tante itu. Dan langsung saja ia menunduk ke

arah pantat Deborah yang sedang menungging dan tak mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu, kemudian ditariknya celana

dalam Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba.. “Aaahh..”

Deborah merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang anusnya dan Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat. “Kau

apakan tadi To?”

Desah Deborah sambil menengok kebelakang, dan ia langsung mendapati pemuda itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan

begitu rakus.Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini. Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya

semakin acak-acakan. Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang. Entah untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar

ke belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia dapatkan dari Anto.

Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu. Entah keberapa kalinya ia membuat Deborah berteriak dan meringis kesakitan

saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu. Lidah pemuda itu menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus Deborah turun ke liang

vagina Tante itu. Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah menggelinjang kenikmatan. Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak mainan

disampingnya sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu. Dipuntir-puntirnya sendiri

putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar

menambah rangsangan pada dirinya. Deborah semakin menggila, ia ingin dijadikan budak seks oleh Anto.

“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Deborah,
“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..” racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah,

mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.

Tiba-tiba Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina

dan daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat. Dan ia langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan orgasme

lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada daerah selangkangan Tante itu, sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan

lidahnya pada vagina Deborah dalam-dalam, Tante itu tersentak sambil berteriak..

“Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!” racau Deborah dengan liarnya, dan.. crootss.. Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh

cairan kenikmatan yang muncrat dari dalam vagina Deborah.
“Ahh Ghiillaa..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh

seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.

Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas berpegangan rak mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan

sisa-sisa orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.

Anto pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat pada Deborah. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan

pada daerah sekitar selangkangan Tante itu karena ia ingin membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari dalam

vagina Deborah.

“Aaacchh.. shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Deborah saat Anto menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat

peka.
“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut

itu.
“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.

Rupanya ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu. Anto langsung menuruti permintaan Deborah, lagi pula ia semakin

tak sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu. Perlahan-lahan ia menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian dalamnya.

Gesekan yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang berenda dengan tubuh Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang gairah Anto.

“Kemari Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Deborah sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto. Mulut Anto yang

masih mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah langsung diarahkannya ke bibir Deborah yang sedang membuka seksi.
“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu

pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.

Langsung saja Anto bangun dari tubuh Deborah, kemudian dipelorotkannya celana dalam hitam Tante itu, lalu diaturnya posisi kaki Deborah

agar mengangkang lebar. Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Tante itu masih

terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih. Bulu-bulu disekitar vagina Deborah terpotong rapi, menandakan bahwa Tante

ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut. Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah.

Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke vagina Deborah, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah.

Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.

“Cepat To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau Deborah sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam

berenda itu.
“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
“Mmmhh.. Oohh.. “

Anto rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu. Ia ingin mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan

sumpah serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya….Bless…..

Melesaklah penis Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Kejutan ini benar-benar

mengagetkan Deborah. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang

pasti ia sangat menikmatinya.
“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.

Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan penis Anto dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya

semakin banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat

pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.

Penis itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu. Begitupun dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat

benda asing yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan.

Sambil menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah, Anto meremas-remas bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu, tingkahnya mirip

seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan. Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Deborah menggelinjang tak karuan.

Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan kenikmatan.

Keduanya saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Deborah menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat

jepitan dalam vaginanya. Tante itu rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas. Sesekali Deborah meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto

yang sedang tergagap-gagap kenikmatan. Dikumur-kumurnya liur Tante itu oleh Anto sebelum ditelannya.

Perlahan-lahan Anto mencabut penisnya dari dalam vagina Deborah. Ia tak ingin melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan

perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan. Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah

menyala itu semakin terbuka seksi.

“Ooohh.. Mmmhh..” desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.
“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Deborah.

Dicabutnya perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina Deborah. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati

Deborah. Ia masih menginginkan penis itu berada dalam relung kewanitaannya, mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki penis

itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu, ia semakin mempersetankan

semuanya. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda, Anto hanya memandangi wajah kecewa Deborah sambil mengocok-ngocok penisnya yang basah

dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Deborah.

“Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!” racau Deborah makin tak karuan.

Kali ini jemari lentiknya menggantikan penis Anto bermain di sekitar kemaluannya. Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu.

Deborah benar-benar menginginkan penis Anto. Sambil mengelus-elus dan mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya, ia terus

menggelinjang dan merintih. Sementara itu tangan kirinya tak henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.

“Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ” racau Deborah makin menggila.

Anto terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan Deborah. Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya

semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.

Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung mendekati Deborah, memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya

penuh nafsu. Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda itu. Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh

permukaan bibirnya. Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini. Ia semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin

dibuat menggila oleh pemuda itu. Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila

bergesekan dengan paha atau penis Anto. Rupanya Anto pun menyadari hal ini. Ia telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya.

Dan ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam vagina Tante itu.

“Aku nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?” pinta Anto sambil menciumi wajah Deborah, sementara tangan kanannya mengocok

penisnya yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Deborah yang mengangkang lebar.
“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..” racau Deborah sambil mengangkat

pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang menegang dipenuhi urat-

urat. Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.

“Ssshh.. Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh” bisik Deborah sambil mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati

penetrasi itu.
“Tantee.. Nnngghh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat

menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut

seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.

Saat penisnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu, tanpa membuat gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang

mereka rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Anto menciumi seluruh bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan

lidahnya. Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya. Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Sesekali ia menyupang

buah dada Tante itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Deborah.

Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu

dari mereka, baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi

tanpa melepaskan ujung penis Anto, kemudian secara berbarengan keduannya saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.

“Aaahh yyhhaahh.. Ssshh..” teriak Deborah saat penis Anto melesak masuk dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding

rahimnya.
“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.

Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka. Anto yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina

Deborah secepat mungkin. Begitupun dengan Deborah, ia mengangkangkan selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan

pinggul Anto dengan sedapat mungkin menyambut penis pemuda itu dengan vaginanya bila ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.

Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu

pun langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak becek dari vagina Deborah dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang

makin lama makin deras sehingga semakin menimbulkan hawa dingin yang justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.

Deborah begitu menikmati permainan pinggul Anto. Jujur saja dalam hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat sampai-sampai

terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Anto mengayunkan pinggul begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal sehingga

ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini. Erangan Deborah yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Anto yang begitu cepatnya

justru semakin membakar Nafsu Anto. Ia begitu menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas dan

kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang secara tak sadar keluar dari mulut seksi Deborah yang sedang diperbudak oleh gairah.

“Ooohh.. Masukkan penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa aku! Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh..

Ttterrusshh.. Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..” racau Deborah sambil kedua tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya

sendiri.
“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.
“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”

Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua

tangannya terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto

terus bertahan diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah

yang bisa dijangkaunya. Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat.

Sesekali Anto menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh

Tante itu. Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa pegal di kedua lututnya karena terus menumpu

bobot badannya. Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung disetujui oleh Tante itu.

Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu,

kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh

lendir dari vaginanya sendiri. Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di

penis Anto. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah. Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir

dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.

Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-

sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto.

Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian

ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.

“Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..” pinta Deborah penuh nafsu.
“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat

diatas wajahnya.
“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.

Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam

vaginanya.
“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.

Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin

merem melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina

dihadapannya, dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante

itu.

“Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..” racau Deborah, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat

saat Anto menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu.

Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu.

Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet

kencing itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..

“Sebentar Sayang! Ahh Stopp!” pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.
“Aku..”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah

Anto hingga pemuda basah kuyup.
“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
“Wow.. Mmmhh..”

Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan

sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.

“Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..” desis Deborah sambil menahan geli karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah

tente keheranan Tante itu.
“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu.

Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!” racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri

yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan

seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.

Setelah puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung bangkit

berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai memandangi

tubuh montok Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul Tante

itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto. Pemandangan dihadapan pemuda itu

begitu menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati

penisnya, dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah.

Tak henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa

diduga, ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung

vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto, hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan

kepala zakar milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak karuan.

“Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!” bisik Anto tak sabar.
“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling

Deborah.
“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!” ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..
“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget.
“Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.
“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!” rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat

tamparan gemasnya tadi.
“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih

berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak

perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.Blleesshh..
“Ooohh.. Ssshh..” desah Deborah penuh kenikmatan.
“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati

selangkangan Deborah.

Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto dari bawah. Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan

rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok

sambil sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya

nyaris berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.

Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati

sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat

dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk

bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.

“Naikkan sedikit pantatnya Tante!” pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis

Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu

pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.

Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan

dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.Blesshh……penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang

terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam

vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan

kehangatan dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar

menggeraikan rambut ikal kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan liar.

“Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Terus!” teriak Deborah saat menerima kocokan penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-

goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..” desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi

gerakan naik turun Tante itu.
“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan.

Ia semakin mempersetankan semuanya.
“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.

Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit, kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi

dirinya. Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging

membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya.

Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.

Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja

dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan

penisnya pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar

terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit

dari posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih.

Ditelannya cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.
“Aawww..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.

Setelah Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir pelumasnya, ia langsung bangkit dan mendekatkan penisnya pada pada

vagina Deborah. Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit melesak masuk dibelahan vagina Tante itu. Deborah semakin tak sabar

untuk segera menerima kocokan penis Anto di dalam vaginanya yang terasa semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya

kebelakang, berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam vaginanya.

Anto yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan penisnya lagi ke dalam vagina Deborah langsung mendorongkan pinggulnya ke depan,

dan….Blleesshh…..
“Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..” bisik Deborah lirih.
“Ohh Tante!” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!” bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.

Anto kembali mengayunkan pinggulnya perlahan. penisnya keluar masuk vagina Tante itu perlahan-lahan, dan menyebabkan vagina Deborah yang

terasa masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar, kemudian saat Anto mendorong penisnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam.

Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.

Mereka bermain dalam tempo yang lambat. Deborah pun tak henti-hentinya meracau dan terkadang mulutnya yang seksi itu mengeluarkan sumpah

serapah dan kata-kata kotor lainnya.

“Terus To! Hamili aku gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila penismu nikmat banget Sayang!” racau Deborah.
“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt” teriak Anto sambil sesekali menampari

bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.

Lama-kelamaan ayunan pinggul mereka semakin cepat, seakan-akan ada sesuatu yang dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi

lenguhan. Keringat mereka bercucuran disana sini. Terkadang Anto pun menjilati punggung Deborah yang dibanjiri keringat itu. Pegangan Anto

pun berpindah dari pinggul Deborah ke pundak Deborah. Tangan kanannya memegang erat pundak Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak

rambut ikal Deborah. Ia terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya. Pinggulnya mengayun dengan cepat. Suara liar mereka berpadu dengan

decak becek yang timbul dari kocokan penis Anto pada vagina Deborah. Bola mata Deborah nyaris berputar kebelakang saking nikmatnya. Rasanya

belum pernah ia diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun. Ia pun benar-benar dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan

istri dari suaminya. Ia bahkan mempersetankan suaminya. Ia ingin terus diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini.

Ia tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat vaginanya terasa geli daripada nikmat. Deborah benar-benar semakin

mempersetankan segalanya.

Tiba-tiba ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan, selangkangannya pun bergetar gila-gilaan. Ia sadar bahwa dirinya akan merasakan

orgasme atau bahkan multi orgasme. Sesuatu yang teramat jarang dirasakannya bila sedang bersama suaminya. Sebenarnya ia tak ingin

mendapatkan orgasmenya cepat-cepat, tetapi hati kecilnya menginginkan sesuatu yang teramat jarang didapatkannya itu. Teriakannya pun

semakin liar. Goyangan pinggulnya semakin tak karuan. Dan ia pun menyadari bahwa ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari

sebelumnya. Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat ayunannya, bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.

“Tan.. Tee aku mau keluar nih!” teriak Anto.
“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”

Deborah pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba.. vaginanya berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar gila-

gilaan lagi, ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya. Deborah pun pasrah menerima kocokan demi kocokan penis pemuda itu dalam

vaginanya. Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati puncaknya, ia mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk

penisnya dalam vagina Deborah, sampai tiba-tiba.. Pinggulnya menegang, seakan-akan memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam

selangkangannya. Ia bahkan sempat melihat Deborah menghempaskan rambutnya kesamping. Pemandangan itu benar-benar seksi.

Dan…..Croott….Meledaklah larva panas dari dalam saluran sperma Anto. Memuntahkan bermili-mili liter air mani yang panas ke dalam vagina

Deborah.
“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.

Deborah yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin tak dapat menahan orgasmenya. Selangkangannya yang sejak tadi bergetar

hebat dan vaginanya yang berdenyut gila-gilaan mencapai suatu titik yang membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.
“Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa

teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.
“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-

erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.

Keduanya merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah mereka. Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka

rasakan. penis Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya ke dalam vagina Deborah. Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar

dan berdenyut tak karuan. Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme yang seakan-akan

tak akan hilang dari raga bagian bawah mereka.

Deborah merasa lemas pada bagian lututnya. Ia tak sadar bahwa ia telah bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama. Selain

itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan seluruh persendiannya.

“Lepas dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku sebenernya nggak ingin lepas,” pinta Deborah pada Anto yang masih

menancapkan kejantanannya pada lubang vagina Deborah.
“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
“Ssshhtt.. Ooohh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat

perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.

Deborah berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus, dengan posisi mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang

masih berdenyut-denyut dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya.

Diraupnya lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto, kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu. Matanya terbuka sayu

dan rambutnya terurai acak-acakan. Pemandangan yang benar-benar membuat jantung Anto berdegub tak karuan.

Anto pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini. Didekatinya vagina Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu.

Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak merah dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan

seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan. Dijambakinya rambut pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya. Perasaan campuran

antara geli dan nikmat itu semakin menggila. Merasa perlakuannya mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi lumatannya

pada vagina Deborah..

“Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..” desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.
“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.

Anto terus menjilati vagina Tante itu. Lidahnya yang kasar dikeluar masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak

oleh rasa nikmat. Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan Deborah berubah-ubah. Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina

Deborah hanya pada bagian luarnya saja, dengan jemari Anto menguakkan labium mayora Deborah. Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak

masuk ke dalam vagina Deborah, membuat Tante itu melonjak kenikmatan.

Deborah merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini. Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan

pemuda yang baru dikenalnya dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar. Dipilin-pilinnya

puting miliknya dengan penuh nafsu. Mulutnya pun tak henti-hentinya mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan. Ia benar-benar

diperbudak dan dipermainkan kenikmatan. Hingga suatu saat, ia merasa pinggul dan selangkangannya bergetar hebat lagi sedang vaginanya

berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding orgasmenya tadi, ia langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin merapat

dengan selangkangan dan vaginanya. Anto yang juga menyadari hal itu semakin buas dalam menjilati liang vagina dan menghisap-hisap labium

mayora Tante itu.

Ia sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi. Deborah sendiri merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi.

Pikirnya mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi, terlebih setelah orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh

persendiannya. Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto. Semakin

didekapnya kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya, sampai tiba saatnya ia tak dapat menahannya lagi, dan.. Crroottss.. Seerr..

“Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.

Keduanya langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina Deborah yang sedang dijilat dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili

liter lendir kenikmatan berwarna putih kental yang menyembur keluar berbarengan dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi

orgasme yang hebat sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri yang langsung menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat

dihadapannya.

Anto yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri oleh

lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu. Ditelannya semua yang berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya. Hal ini tentunya membuat

Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda

seluruh bagian selangkangannya. Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas hingga ia nyaris tak sanggup mendorong dan menyingkirkan kepala

Anto yang berada siantara selangkangannya dan sedang sibuk menjilati vaginanya dengan rakus.

Anto pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya. Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum

lendir kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu, kemudian dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi. “Nngghh..”

Lenguh Deborah.

Anto langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu, yang langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah. Dilumatnya mulut

Anto yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri, kemudian ditelannya hingga tak bersisa. Deborah benar-benar puas

dengan permainan mereka, begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap tubuh montok Tante itu, kemudian bibir mereka saling

berpagutan penuh nafsu. Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.

“Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?” bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.
“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.
“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?” jawab Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia

berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.